en id

News

BANDARA LOMBOK GELAR SIMULASI PASTIKAN KESIAPAN TANGANI SUSPECT VIRUS CORONA

25 Feb 2020

kembali ke list


Praya, 25 Februari 2020 - Pesawat dari Kuala Lumpur mendarat di Bandara Lombok, Selasa (25/02) pukul 16.00 WITA. Saat para penumpang tiba di terminal kedatangan internasional, perangkat pemindai suhu tubuh manusia (thermal scanner) yang dipantau oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) ternyata mendeteksi seorang penumpang dengan suhu tubuh di atas 38°C. Petugas KKP lantas membawa penumpang tersebut ke ruang observasi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan prosedur yang berlaku. 

Kejadian tersebut merupakan bagian dari skenario simulasi penanganan penumpang suspect virus corona yang digelar di Bandara Lombok bersama KKP Kelas II Mataram. “Kegiatan ini digelar sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi serta meningkatkan kewaspadaan dalam menanggulangi pandemi virus corona," jelas General Manager Bandara Lombok Nugroho Jati. 

“Simulasi ini dilakukan untuk menguji kesiapan para personel di lapangan agar saat benar-benar terjadi, seluruh pihak dapat melakukan apa yang menjadi tugasnya,” imbuh Koordinator KKP Wilayah Kerja BIL Datu Kusumajati.

Datu menegaskan bahwa bahwa hingga saat ini Indonesia masih aman dari virus corona. “Untuk mencegah virus mematikan ini, yang terpenting kita harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Datu lagi. 

Simulasi ini melibatkan personel gabungan dari PT Angkasa Pura I (Persero), Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Mataram, serta Rumah Sakit Umum (RSU) Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sebagai informasi, saat ini Bandara Lombok melayani tiga rute penerbangan internasional, yaitu Kuala Lumpur, Singapura, dan Perth. Sesuai prosedur, seluruh penumpang baik domestik maupun internasional akan melewati perangkat thermal scanner yang ada di terminal kedatangan dan dipantau oleh petugas KKP. Saat terdapat penumpang yang memiliki suhu tubuh lebih dari 38°C, petugas akan memeriksa penumpang tersebut dan berkoordinasi dengan RSU Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai rumah sakit rujukan sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut. []